Sudah terlalu lama lapar gelar bergengsi.
Terakhir kali Timnas Senior Argentina mendapatkan gelar bergengsi level Internasional adalah ketika mereka menjuarai Copa Amerika tahun 1993. Berarti dua dasawarsa lebih mereka berpuasa tropi bergengsi. Untuk tim sebesar Argentina tentu saja ini sangat mengecewakan. Dan amat sangat memalukan kalau dibandingkan rival abadi mereka Brasil yang berkali-kali mengangkat tropi. Mengakhri paceklik gelar bergengsi ini tentu akan menjadi motivasi berlipat para anggota tim Tango di PialaDunia 2014 ini. Terlebih tropi ini akan lebih indah karena didapatkan di kandang musuh abadi mereka Brasil.
2. Tim Argentina di PD 2014 berisi pemain-pemain hebat.
Dari 23 nama yang diumumkan oleh Pelatih Allejando Sabella sebagai skuat tim, nyaris kesemuanya merupakan para pemain yang bermain dan menjadi tulangpunggung tim-tim yang bermain di level Liga-liga top Eropa. Lihat saja ada nama-nama pemain beken berharga mahal dan berkontribusi tinggi bagi timnya seperti Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Angel Di Maria, Sergio Aguero, Javier Mascherano, Martin Demichelis, Zabaleta terdapat dalam tim Tango. Khusus di barisan penyerang, tiga penyerang utama tim Tango yakni Messi, Aguero dan Higuain tampil produktif di kompetisi Eropa tahun ini.
3. Musuh-musuh yang dihadapi relatif lebih ringan
Argentina akan tergabung di grup F bersaing dengan Iran, Bosnia-Herzegovina dan Nigeria. Dari 8 grup yang ada, Grup F ini menurut saya adalahgrup yang paling ringan. Dari rangking FIFA yang baru dirilis, Argentina berada di peringkat 5. Pesaing terdekat mereka yang mendekati rangkingnya adalah Bosnia Herzegovina yang ada di rangking 21, sedangkan Iran berada di rangking 43 dan Nigeria peringkat 44. Dibanding tim unggulan lainnya, Argentina tampak paling mudah di penyisihan grup. Setelah lolos dari penyisihan grup, langkah berat Argentina baru akan mereka temui di perempat final, dimana mereka kemungkinan besar akan bertemu tim Portugal atau Jerman yang dalam dua periode piala dunia terakhir selalu mengkandaskan mereka di babak Perempat Final.
4. Misi Pribadi Messi.
Musim Kompetisi 2013-2014 yang baru saja berakhir ini, tentu menjadi catatan terburuk Lionel Messi sepanjang karir profesionalnya. Bersama klubnya Barcelona tak satu gelarpun yang dimenanginya. Gagal di Liga Spanyol, tumbang di Final Coppa Del Rey dan tersingkir di Perempat Final Liga Champion. Untuk gelar pribadi, Messi yang musim ini banyak cederanya juga gagal memenangkan gelar individual. Gelar top skor baik di Liga Spanyol, Liga Champion dan status raja Gol Eropa gagal dia peroleh. Tentu untuk pemain sehebat dan seambisius Messi tidak mungkin membiarkan di sepanjang musim kompetisi tanpa sebuah gelarpun. Terlebih, dari semua gelar bergengsi sepak bola yang ada, semuanya telah diraih oleh Messi. Satu-satunya yang belum pernah dia angkat hanyalah tropi pialadunia. Secara umurpun, inilah piala dunia terakhir Messi di usia normal produktif sebagai seorang pemain profesional. Di Piala Dunia mendatang tahun 2018, tentu belum menjamin kehadiran Messi apalagi dengan performa yang lebih bagus dari tahun ini. Inilah saat yang tepat bagi Messi untuk mewujudkan dan menasbihkan dirinya sebagai pemain hebat sepanjang masa. Legenda hebat sepakbola dunia haruslah pemain yang pernah memenangi piala dunia. alasan saya ini juga dilandasi penampilan Messi akhir-akhir ini bersama Barcelona yang terlihat kurang serius dan takut all out. mungkin takut cedera dan tenaganya memang sengaja disimpan untuk menggila di piala dunia.
5. Tidak ada lagi pemain dengan label The Next/New Maradona.
Kehebatan Maradona memimpin rekannya memenangi Piala Dunia 86 di Meksiko terus diingat sampai sekarang. Layaknya seorang Rambo, seorang diri menghancurkan musuh-musuh negaranya, Maradona pun demikian. Dengan kelihaiannya mengolah bola, dan karismanya dalam memimpin rekan-rekannya, seolah membuat anggapan kalau Argentina ingin menjadi juara, haruslah memiliki Maradona. Namun secara manusiawi jaman kejayaannyapun harus berakhir. Ketergantungan Argentina terhadap sang megastar terlalu tinggi.Apalah kekuatan Argentina tanpa Maradona mungkin seperti Samson yang dihilangin bulu keteknya…. loyo kehilangan tenaganya. Lalu muncullah talenta-talenta muda yang dipaksakan untuk menjadi Maradona baru. Setiap muncul pemain muda berbakat apalagi ditunjang dengan postur yang mirip Maradona, langsung saja gelar The New Maradona atau The Next Maradona diberikan. Namun Maradona adalah Maradona, pemain hebat dan fenomenal yang belum tentu dilahirkan dalam 1 abad. Kehebatan, kejeniusan, karismatis dan kegilaannya tidak bisa dibandingkan atau disejajarkan dengan pemain manapun. Beberapa pemain muda hebat dan berbakat yang diberikan gelar The New Maradona seakan merasa terbebani gelar tersebut. Bukannya meningkatkan performa permainan mereka dan bisa menjadi roh permainan Argentina, justru permainannya menurun kualitasnya dan gagal menunjukkan performa hebatnya. Lihat saja nama-nama pemain muda berbakat Argentina yang diberi julukan The New Maradona gagal bersinar, mulai dari Diego Latorre, Marcello Gallardo, Ariel Ortega, Andreas D’Alessandro, Pablo Aimar, Javier Saviola, Carlos Marinelli, Carlos Tevez, EzequilLavezzi, Juan Roman Riquelme dan Lionel Messi, mereka gagal memimpin Argentina memenangi gelar. Beban gelar itu terlalu berat mereka sandang. Sejak Maradona pensiun dari piala dunia 1994, tim Argentina selalu datang ke Piala dunia dengan membawa The New Maradona. Di PialaDunia 1998 ada nama Ariel Ortega, di PialaDunia 2002 giliran Pablo Aimar, sedangkan Messi gantian mendapat gelar tersebut di PialaDunia 2006 dan 2010. Hasilnya? Pemain-pemain tersebut gagal bersinar apalagi bisa mengantarkan Argentina menyamai prestasi Maradona ketika membela Timnas Argentina. Kini saatnya, ketika orang mulai bosan membandingkan Messi dengan Maradona, dan tidak ada pemain muda berbakat hebat dan dilabel The New Maradona masuk ke dalam anggota Timnas Argentina, permainan tim secara kolektif akan menjadi kekuatan mereka. Walau ketergantungan terhadap Messi masih tinggi namun pengharapan kepada Messi untuk menyerupai Maradona yang mulai berkurang, justru akan membuat Messi makin leluasa bermain sebagaimana dirinya sendiri. Dengan gaya dan kecerdasan ala Messi dan didukung oleh kehebatan rekan-rekannya serta kejelian Alejandro Sabella yang memberikan dukungan dan ruang untuk memaksimalkan kemampuannya dalam mengekploitasi pertahanan lawan, akan membuat Argentina menjadi suatu kesatuan tim yang hebat. Bukan tim yang bertumpu pada satu bintang yang diharapkan dan dipaksakan untuk menjadi The New Maradona.